Jumat, 17 Januari 2014

Bahaya Minyak Jelantah Untuk Kesehatan

Bahaya Minyak Jelantah untuk Kesehatan

Minyak jelantah..,,Siapasih yang tak kenal dengan jenis minyak ini..??yaw minyak ini tentu banyak terdapat di dapur-dapur anda..,,Minyak jelantah adalah minyak goreng yang sudah lebih dari 3 kali di gunakan untuk memasakl dan biasanya sudah tidak di gunakan lagi karna jika masih di pakai akn menimbulkan efek yang kurang baik untuk kesehatan di kedepanya nanti.

“Minyak jelantah kalau dipakai berkali-kali akan meningkatkan asam lemak bebas, dan hal ini akan mengakibatkan ketengikan,” kata Dr. Budiatman Satiawihardja. Selain itu, yang lebih berbahaya adalah pemakaian minyak jelantah yang berulang-ulang akan meningkatkan gugus radikal peroksida yang mengikat oksigen, sehingga mengakibatkan oksidasi terhadap jaringan sel tubuh manusia. Dan kalau hal ini terus berlanjut, niscaya akan mengakibatkan kanker. Jadi penggunaan minyak jelantah yang berulang-ulang itu tidak thoyyib dari sisi agama. Maka tentu harus dihindarkan. Demikian peringatan yang diberikan oleh pengajar di IPB ini dalam penjelasannya tentang efek negatif penggunaan minyak jelantah yang berulang-kali.

Dijelaskan pula, yang dimaksud dengan minyak jelantah dan menghindarkan penggunaannya yang berulang-ulang adalah minyak goreng yang dipakai untuk menggoreng bahan makanan, dalam satu proses penggorengan bahan makanan gorengan, lalu disimpan beberapa waktu. Dilakukan dalam skala rumah-tangga maupun dalam usaha restoran, rumah makan, hotel, industri pengolahan pangan, dll. Minyak yang digunakan pun bermacam-macam, ada yang terbuat dari kelapa, kelapa sawit, jagung, dll. Namun pada hakikatnya sebagian besar minyak goreng terbuat dari tumbuhan atau bahan nabati, dan yang paling banyak digunakan adalah minyak goreng yang terbuat dari kelapa sawit. Minyak goreng yang sudah dipakai itulah yang disebut minyak jelantah.

Pemakaian minyak jelantah sampai tiga kali, masih dapat ditoleransi dan dianggap baik, atau tidak membahayakan bagi kesehatan manusia. Tapi jika lebih dari tiga kali, apalagi kalau warnanya sudah berubah menjadi kehitam-hitaman, maka itu sebagai indikasi tidak baik dan harus dihindarkan.

Secara kimia, minyak jelantah sangat berbeda dengan minyak sawit yang belum digunakan untuk menggoreng. Pada minyak sawit terdapat sekitar 45,5 persen asam lemak jenuh yang didominasi oleh asam lemak palmitat dan sekitar 54,1 persen asam lemak tak jenuh yang didominasi oleh asam lemak oleat. Sedangkan pada minyak jelantah, angka asam lemak jenuh jauh lebih tinggi dari pada angka asam lemak tidak jenuhnya. Asam lemak jenuh sangat berbahaya bagi tubuh karena dapat memicu berbagai penyakit penyebab kematian, seperti penyakit jantung dan stroke.

Pada proses penggorengan pertama, minyak memiliki kandungan asam lemak tidak jenuh yang tinggi. Kadar asam lemak tidak jenuhnya akan semakin menurun dengan semakin seringnya minyak dipakai secara berulang, sedangkan kadar asam lemak jenuhnya meningkat. Minyak goreng yang digunakan lebih dari empat kali akan mengalami proses oksidasi. Proses oksidasi tersebut akan membentuk gugus peroksida dan monomer siklik. Penelitian pada hewan percobaan menunjukkan gugus peroksida dalam dosis yang besar dapat merangsang terjadinya kanker kolon. Selain itu, penggunaan minyak jelantah dapat menyebabkan iritasi pada saluran pencernaan dan diare.

Sebagai media transfer panas, saat proses penggorengan berlangsung, dengan pemanasan yang tinggi (3000C -3500C), minyak goreng akan teradsorbsi pada makanan masuk mengisi ruang-ruang kosong pada makanan sehingga hasil penggorengan mengandung 5-40% minyak. Dengan demikian mau tidak mau minyak goreng ikut terkonsumsi dan masuk ke dalam tubuh. Hal ini tidak menjadi masalah selama minyak yang digunakan untuk menggoreng tidak rusak. Akan tetapi masyarakat kebanyakan tidak mengetahui hal tersebut dan terus menggunakan minyak goreng itu berkali-kali, hingga menjadi rusak. Sehingga minyak goreng yang digunakan dan dikonsumsi pun sudah tidak sehat lagi. Penyebabnya sangat bervariasi di antaranya adalah faktor ekonomi, rasa sayang dan merasa rugi jika minyak goreng itu tidak digunakan karena harus dibuang, dan diganti dengan yang baru. Walaupun minyak tersebut jelas sudah rusak dan tidak layak konsumsi dari sisi kesehatan.

Kerusakan minyak goreng terjadi atau berlangsung selama proses penggorengan, dan itu mengakibatkan penurunan nilai gizi terhadap makanan yang digoreng. Minyak goreng yang rusak akan menyebabkan tekstur, penampilan, cita rasa dan bau yang kurang enak pada makanan. Dengan pemanasan minyak yang tinggi dan berulang-ulang, juga dapat terbentuk akrolein, di mana akrolein adalah sejenis aldehida yang dapat menimbulkan rasa gatal pada tenggorokan, membuat batuk konsumen dan yang tak kalah bahaya adalah dapat mengakibatkan pertumbuhan kanker dalam hati dan pembengkakan organ, khususnya hati dan ginjal.



Menyebabkan Beberapa Penyakit

Selain itu minyak goreng yang rusak bila dikonsumsi akan dapat menyebabkan berbagai macam penyakit, seperti pengendapan lemak dalam pembuluh darah (Artherosclerosis) dan penurunan nilai cerna lemak. Berdasarkan penelitian juga disebutkan bahwa kemungkinan adanya senyawa karsinogenik dalam minyak yang dipanaskan, terbukti dengan adanya bahan pangan berlemak teroksidasi yang dapat mengakibatkan pertumbuhan kanker hati. Terbentuknya akrolein saat penggorengan juga sangat berbahaya karena akrolein yang terbentuk itu sendiri bersifat racun dan menimbulkan rasa gatal pada tenggorokkan.

Minyak goreng bekas atau minyak jelantah yang dipergunakan berulang-ulang juga bisa menyebabkan penyakit jantung koroner. Walaupun minyak jelantah yang didapat sudah disaring beberapa kali hingga hilang penampilan warna gelapnya, namun proses penyaringan itu tidak dapat menghilangkan kemungkinan timbulnya zat asam lemak trans yang terjadi setelah minyak goreng dipanaskan dengan suhu tinggi berulang kali. Zat ini akan mempengaruhi metabolisme profil lipid darah yakni HDL kolesterol, LDL kolesterol dan total kolesterol. Memang, dampaknya tidak langsung terjadi begitu saja. Tapi biasanya dari proses penumpukan atau akumulasi karena penggunaan yang terus-menerus, lalu terjadi efek berupa penyumbatan pembuluh darah yang kemudian disebut sebagai penyakit jantung koroner.

Dengan resiko bahaya yang sedemikian itu, maka sekali lagi kita diingatkan bahwa penggunaan minyak jelantah yang berulang-kali harus dihindarkan. Hal ini sangat penting untuk mencegah efek negatif yang dapat timbul dari penggunaan minyak jelantah yang demikian itu. Dalam kaidah agama dijelaskan, walaupun halal, namun kalau menimbulkan mudharat, tentu tidak baik dan harus dihindarkan. Apalagi kalau jelas membahayakan kesehatan, maka jadi terlarang dan harus ditinggalkan.

Demikianlah artikel dari kami semoga bermanfaat bagi anda dan juga dapat menambah wawasan anda tentang kesehatan.

1 komentar:

  1. Ngga kebayang minyak yang dipakai buat goreng ayam goreng pinggir jalan, hiiiiyyyy!!!

    BalasHapus